SELAMAT DATANG DI BLOG KAMI, BONEK MANIA

Selasa, 27 April 2010

skuad persebaya surabaya

Skuad
20 Syaifudin Goalkeeper
4 Nugroho Mardiyanto Midfielder
24 Deny Marcel Goalkeeper
7 John Tarkpor Midfielder
28 Endra Prasetya Goalkeeper
11 Taufiq Midfielder
- Taufiq Yanuarso Defender
13 Lucky Wahyu Midfielder
- Juan Marcelo Cirelli Defender
17 Arif Ariyanto Midfielder
2 Mat Halil Defender
21 Supriyono Midfielder
5 Takatoshi Uchida Defender
29 Wijay Midfielder
6 Sovy Hermawan Defender
10 Erfan Hidayatullah Striker
15 Anang Ma'ruf Defender
11 Patricio Morales Striker
16 Satrio Syam Midfielder
14 Korinus Fingkreuw Striker
25 Sunaji Defender
77 Sutan Sanosa Striker
26 Djayusman Triasdi Defender
78 Andi Oddang Striker
- Joen Byung Euk Midfielder
- Rudy Keltjes Manager/Coach
3 Andik Vermansyah Midfielder

SUPORTER bondo nekat alias bonek ternyata tidak hanya datang dari Surabaya dan sekitarnya. Tapi, ada yang berasal dari Eropa. Itu tampak saat Persebaya Surabaya melakoni pertandingan home melawan PSS Sleman dalam lanjutan kompetisi Divisi Utama Liga Indonesia di Stadion Gelora 10 Nopember, Surabaya, kemarin (28/4).

Di salah satu sudut tribun VIP tampak sejumlah wajah bule. Yang menarik, mereka juga mengenakan atribut Persebaya. Saat Persebaya mencetak gol, mereka ikut bersorak dan mengepalkan tangan ke udara. Tentu, mereka bukan bonek dari Surabaya.

''Kami adalah mahasiswa ekonomi dari VU Universiteit Amsterdam. Kami berada di Surabaya untuk melakukan riset bisnis,'' kata Chakir Bouichi, salah seorang di antara bonek bule itu, mewakili sebelas kawannya.

Cewek cantik berambut coklat dengan postur dan paras bak model tersebut mengaku tahu tentang Persebaya dari internet. Mereka kemudian memutuskan datang untuk menonton langsung. ''Awalnya, yang ingin nonton itu teman-teman cowok. Tapi, saya dan teman-teman cewek lainnya penasaran dan ikut nonton,'' ujaranya dalam bahasa Inggris.

Karena tak ingin sekadar datang dan nonton, mereka pun menyempatkan berbelanja atribut Persebaya. Sejumlah kaus, topi, dan syal mereka borong dari pedagang kaki lima yang mangkal di kawasan Tambaksari.

Tanpa atribut, sebenarnya para bule itu sudah menarik perhatian. Para lelaki tampil kasual dengan kostum Persebaya dan celana pendek bercorak army look. Para perempuan tampak eye catching dengan rambut blonde yang ditunjang wajah-wajah jelita khas Eropa. Mereka memadukan atasan Persebaya dengan rok bergaya bohemian atau hot pants.

Tak pelak, aksi para bonek bule tersebut menambah kehebohan suasana. Bahkan, panita pelaksana pertandingan Persebaya pun memanggil mereka turun ke lapangan untuk menerima penghargaan. ''Kami tak menyangka bisa disambut sehangat ini di sini. Ini sungguh luar biasa,'' ungkap Bouichi. Pada akhir laga, mereka juga mendapatkan bonus foto bareng pemain-pemain Persebaya

Sabtu, 24 April 2010

ANDI ODANK

Andi odank

Andi Oddang
Persebaya
Andi Oddang
Nama Lengkap: Andi Oddang
Tanggal Lahir:16 Sep 1977
Warga Negara:Indonesia
Tinggi:171 cm.
Berat:63 Kg.
Peranan:Striker
Nomor Punggung: 78

Persatuan Sepak Bola Surabaya (disingkat Persebaya) adalah tim sepak bola yang bermarkas di kota Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.

Persebaya didirikan oleh Paijo dan M. Pamoedji pada 18 Juni 1927 dengan nama Soerabhaiasche Indonesische Voetbal Bond (SIVB). Pada tanggal 19 April 1930, SIVB bersama dengan VIJ Jakarta, BIVB Bandung (sekarang Persib Bandung), MIVB (sekarang PPSM Magelang), MVB (PSM Madiun), VVB (Persis Solo), PSM (PSIM Yogyakarta) turut berperan besar membentuk Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI). PSSI dibentuk dalam suatu pertemuan yang diadakan di Societeit Hadiprojo Yogyakarta.

Pada tahun 1943, SIVB diganti namanya menjadi Persibaja (Persatuan Sepak Bola Indonesia Soerabaja). Saat itu Persibaja yang diketuai Dr. Soewandi, berhasil menjadi juara pada tahun 1950, 1951 dan 1952.

Tahun 1960, Persibaja berganti nama lagi menjadi Persebaya (Persatuan Sepak Bola Surabaya). Dalam era yang masih perserikatan tersebut, Persebaya sukses menjadi juara di tahun 1978 dan 1988.

Kesuksesan itu terus terjaga ketika klub Perserikatan dan Galatama disatukan PSSI dalam wadah Liga Indonesia sejak 1994. Persebaya menjadi juara Liga Indonesia pada tahun 1997. Persebaya mencetak sejarah dengan menjadi tim pertama yang dua kali menjadi juara Liga Indonesia, ketika tahun 2005 kembali menjadi juara. Namun Green Force juga sempat merasakan pahitnya terdegradasi di tahun 2002.

Data:
Nama lengkap: Persatuan Sepak Bola Surabaya
Julukan: Bajul Ijo, Green Force.
Didirikan: 1927.
Stadion: Gelora 10 November (kapasitas: 30.000).
Manajer: Saleh Ismail Mukadar.
Pelatih: Danurwindo.
Kostum: Hijau Putih-Hijau (kandang), Putih-putih (tandang).

Pemain:
Kiper: Syaifudin, Deny Marcel, Endra Prasetya.
Pemain belakang: Mat Halil, Nugroho Mardiyanto, Takatoshi Uchida, Sofy Hermawan, Anang Ma'ruf, Satrio Syam, Taufik Angga Yanuarso, Sunaji, Djayusman Triasdi, Anderson Da Silva.
Pemain tengah: John Tarkpor Sonkaliey, Taufiq, Lucky Wahyu, Arif Ariyanto, Supriyono, Wijay, Josh Maguire.
Pemain depan: Andik Vermansyah, Ngon A Djam, Erfan Hidayatullah, Korinus Fingkreuw, Wimba Sutan Sanosa, Andi Oddang.

Prestasi:
1. Perserikatan: 1950, 1951, 1952, 1978.
2. Liga Indonesia: 1996/1997, 2004.
3. Liga Indonesia Divisi Satu: 2003.

Rabu, 21 April 2010


Persebaya didirikan oleh Paijo dan M. Pamoedji pada 18 Juni 1927. Pada awal berdirinya, Persebaya bernama Soerabhaiasche Indonesische Voetbal Bond (SIVB). Pada saat itu di Surabaya juga ada klub bernama Sorabaiasche Voebal Bond (SVB), bonden (klub) ini berdiri pada tahun 1910 dan pemainnya adalah orang-orang Belanda yang ada di Surabaya.

Pada tanggal 19 April 1930, SIVB bersama dengan VIJ Jakarta, BIVB Bandung, MIVB (sekarang PPSM Magelang), MVB (PSM Madiun), VVB (Persis Solo), PSM (PSIM Yogyakarta) turut membidani kelahiran PSSI dalam pertemuan yang diadakan di Societeit Hadiprojo Yogyakarta. SIVB dalam pertemuan tersebut diwakili oleh M. Pamoedji. Setahun kemudian kompetisi tahunan antar kota/perserikatan diselenggarakan. SIVB berhasil masuk final kompetisi perserikatan pada tahun 1938 meski kalah dari VIJ Jakarta.

Ketika Belanda kalah dari Jepang pada 1942, prestasi SIVB yang hampir semua pemainnya adalah pemain pribumi dan sebagian kecil keturunan Thionghoa melejit dan kembali mencapai final sebelum dikalahkan oleh Persis
Solo. Akhirnya pada tahun 1943 SIVB berganti nama menjadi Persibaja (Persatuan Sepak Bola Indonesia Soerabaja). Pada era ini Persibaja diketuai oleh Dr. Soewandi. Kala itu, Persibaja berhasil meraih gelar juara pada tahun 1950, 1951 dan 1952.

Tahun 1960, nama Persibaja dirubah menjadi Persebaya (Persatuan Sepak Bola Surabaya). Pada era perserikatan ini, prestasi Persebaya juga istimewa. Persebaya adalah salah satu raksasa perserikatan selain PSMS Medan, PSM Makassar, Persib Bandung maupun Persija Jakarta. Dua kali Persebaya menjadi kampiun pada tahun 1978 dan 1988, dan tujuh kali menduduki peringkat kedua pada tahun 1965, 1967, 1971, 1973, 1977, 1987, dan 1990.

Prestasi gemilang terus terjaga ketika PSSI menyatukan klub Perserikatan dan Galatama dalam kompetisi bertajuk Liga Indonesia sejak 1994. Persebaya merebut gelar juara Liga Indonesia pada tahun 1997. Bahkan Persebaya berhasil mencetak sejarah sebagai tim pertama yang dua kali menjadi juara Liga Indonesia ketika pada tahun 2004 Green Force kembali merebut gelar juara. Kendati berpredikat sebagai tim klasik sarat gelar juara, Green Force juga sempat merasakan pahitnya terdegradasi pada tahun 2002 lalu. Pil pahit yang langsung ditebus dengan gelar gelar juara Divisi I dan Divisi Utama pada dua musim selanjutnya.

Persebaya juga dikenal sebagai klub yang sering menjadi penyumbang pemain ke tim nasional baik yunior maupun senior. Sederet nama seperti Rudy Keltjes, Riono Asnan, Yusuf Ekodono, Syamsul Arifin, Subangkit, Mustaqim, Eri Irianto, Bejo Sugiantoro, Anang Maruf, Hendro Kartiko, Uston Nawawi, Chairil Anwar, dan Mursyid Effendi merupakan sebagian pemain timnas hasil binaan Persebaya.

Salah satu yang cukup dikenang adalah Eri Irianto, pemain timnas era-90an yang meninggal dunia pada tanggal 3 April 2000 setelah tiba tiba menderita sakit saat Persebaya menghadapi PSIM dalam pertandingan Liga Indonesia 1999/2000. Eri Irianto meninggal di rumah sakit pada malam harinya. Nama Eri kemudian dipakai sebagai nama Wisma/Mess Persebaya yang diresmikan pada tanggal 25 April 1993.

Selain itu, dalam perjalanannya, Persebaya beberapa kali mengalami kejadian kontroversial. Saat menjuarai Kompetisi Perserikatan pada tahun 1988, Persebaya pernah memainkan pertandingan yang terkenal dengan istilah sepakbola gajah karena mengalah kepada Persipura 0-12, untuk menyingkirkan saingan mereka PSIS Semarang yang pada tahun sebelumnya memupuskan impian Persebaya di final kompetisi perserikatan.

Pada Liga Indonesia 2002, Persebaya melakukan aksi mogok tanding saat menghadapi PKT Bontang dan diskors pengurangan nilai. Kejadian tersebut menjadi salah satu penyebab terdegradasinya Persebaya ke divisi I. Tiga
tahun kemudian, Persebaya menggemparkan publik sepakbola nasional saat mengundurkan diri pada babak delapan besar sehingga memupuskan harapan PSIS dan PSM untuk lolos ke final. Atas kejadian tersebut Persebaya diskors 16 bulan tidak boleh mengikuti kompetisi Liga Indonesia.

( Feri Istanto | admin ligaindonesia.com | dari berbagai sumber )

Stadion: Gelora 10 November, Tambaksari Surabaya
Alamat: Jl. Karanggayam 1, Surabaya
Website:
Alamat: Jl. Karanggayam 1, Surabaya

Julukan: Bajul Ijo

Costum 1: Hijau Hijau
Costum 2: Putih Putih

Persatuan Sepakbola Surabaya



Surabaya Persebaya (Persatuan Sepakbola Surabaya) adalah sebuah tim sepak bola Indonesia yang berlokasi di Surabaya, Jawa Timur. Pada tahun 2006, Persebaya bermain di Divisi Satu Liga Indonesia dan sekarang kembali ke liga teratas dari Liga Indonesia. Para pendukung Persebaya dikenal sebagai Bonek (Bondo Nekat). Mereka dikenal dengan cara eksentrik mendukung Persebaya. Mereka biasanya pergi dengan kereta api dengan anggaran kecil untuk menuju Homebase lawan. Hal besar dari Bonek adalah kesetiaan mereka kepada Persebaya. Mereka selalu tinggal dan mendukung Persebaya dengan menyebabkan segala macam kerusuhan dan perkelahian dengan tim lawan ‘pendukung.

Istilah Bonek, akronim bahasa Jawa dari Bondho Nekat (modal nekat), biasanya ditujukan kepada sekelompok pendukung atau suporter kesebelasan Persebaya Surabaya, walaupun ada nama kelompok resmi pendukung kesebelasan ini yaitu Yayasan Suporter Surabaya (YSS).

PERSEBAYA SURABAYA


SURABAYA - Persebaya Surabaya lebih suka menghadapi tim lemah. Dengan begitu, tim berjuluk Green Force itu jelas akan memetik kemenangan.

Seperti yang sudah dilakoni melawan Maesa, tim kelas II Persebaya, pada 25 April lalu. Hasilnya, anak asuh Freddy Muli tersebut pesta gol 11-0.

Kejadian serupa akan kembali terjadi dalan laga uji coba di Gelora 10 Nopember sore ini. Sebab, Bejo Sugiantoro dkk hanya menghadapi tim kelas I Persebaya, yakni PS Polda Jatim.

Menurut Freddy, uji coba dilakukan untuk mengukur seberapa jauh kemajuan para pemainnya setelah digenjot dengan latihan selama sebulan. "Uji coba itu dilakukan untuk memantau perkembangan latihan. Apalagi, kami sudah masuk dalam tahap latihan fisik spesifik, yang juga menyentuh aspek teknik," terang dia setelah memimpin Persebaya latihan kemarin (8/5) sore.

Selain itu, dalam uji coba tersebut, bisa dilihat kemampuan para pemain asing yang tengah mengikuti seleksi. Saat ini, Persebaya memang kedatangan empat legiun asing yang sedang mengadu nasib. Mereka adalah Javier Roca (playmaker) dan Alfredo Reyes (stopper) dari Cile serta duo Serbia, yakni Aleksandar Paunovic (striker) dan Zoran Clinsek (gelandang).

"Ya, dengan uji coba, kemampuan mereka sebenarnya baru bisa terlihat," tutur mantan pelatih Persik Kediri itu.

Partai uji coba tersebut juga dilakukan sebagai variasi latihan bagi para pemainnya. "Anak-anak selama ini berlatih game hanya dengan kawan setim. Dengan uji coba, anak-anak mendapatkan suasana baru," lanjut pelatih yang membawa Persebaya menjuarai Divisi I 2006 tersebut.

Freddy memang telah beberapa kali melakukan variasi latihan. Selain beruji coba melawan Maesa pada 2 Mei lalu, dia membawa Bejo Sugiantoro dkk ke lapangan futsal di kawasan Kenjeran. Lalu, pada 4 Mei, punggawa tim kebanggan Kota Pahlawan itu diajak menjelajahi permukiman elite di kawasan Surabaya Barat.

Sementara itu, mengenai persaingan duo asing untuk memperebutkan satu tempat di lini tengah, Freddy masih belum mau berkomentar. Padahal, Rabu (7/5), dia mengatakan sudah bisa membuat perbandingan siapa yang lebih baik antara Javier Roca dan Zoran Clinsek pada Kamis (8/5).

"Jumat (hari ini), saya lihat lagi setelah uji coba. Selanjutnya, baru bisa dibandingkan siapa yang kami butuhkan di tengah," ujarnya.

Pada latihan kemarin sore, Persebaya membagi empat legiun asing itu ke dalam dua tim. Clinsek dengan gaya permainan efektif dan minim dribbling menghadapi Roca yang bermain dengan sentuhan teknik individual. Sedangkan Paunovic yang lincah harus menghadapi Reyes yang menjadi tembok pertahanan.

Bondho Nekat atau lebih dikenal Bonek, julukan bagi suporter fanatik kesebelasan Sepakbola Persebaya memang terkenal sangar semenjak jaman kuda gigit besi. Bondho nekat yang bila diartikan dalam bahasa Indonesia adalah modal nekat, memang tidak diketahui darimana muncul istilah tersebut. Namun merunut dari sejarah, istilah Bonek di munculkan pertama kali oleh Harian Pagi Jawa Pos pada tahun 1989 untuk menggambarkan fenomena away supporter kala itu yang bermodalkan semangat saja, alias nekat.

Bonek kini lebih dikenal sebagai supporter fanatik yang sering melakukan tindakan anarkis. Meski kerap dijatuhi hukuman dan sanksi, mereka tetap saja berulah. Namun, ada fakta lain yang baru terungkap. Istilah Bonek sebenarnya sudah ada semenjak perang perebutan kemerdekaan dahulu. Bonek-bonek pada waktu itu memang benar-benar nekat. Bermodalkan senjata seadanya, mereka dengan gagah berani mengusir penjajah.
Bonek dulu dan kini sebenarnya memiliki kesamaan dalam hal semangat dan patriotisme. Perbedaannya, Semangat dan Patriotisme Bonek jaman dulu adalah membela Indonesia Hidup atau Mati. Kini, Bonek memiliki tugas yang lebih berat dari pendahulunya, yaitu mempertahankan kemerdekaan dan membangun Indonesia. Dengan semangat Patriotisme yang membara tersebut, seharusnya Bonek bisa lebih berkiprah ditataran yang lebih baik dari sekedar berbuat anarki. Mampukah bonek menjawab tantangan ini?

BONEK MANIA

Bondho Nekat

Istilah Bonek,akronim bahasa Jawa dari Bondho Nekat (modal nekat), biasanya ditujukan kepada sekelompok pendukung atau suporter kesebelasan Persebaya Surabaya, walaupun ada nama kelompok resmi pendukung kesebelasan ini yaitu Yayasan Suporter Surabaya (YSS).

Istilah bonek pertama kali dimunculkan oleh Harian Pagi Jawa Pos tahun 1989[rujukan?] untuk menggambarkan fenomena suporter Persebaya yang berbondong-bondong ke Jakarta dalam jumlah besar. Secara tradisional, Bonek adalah suporter pertama di Indonesia yang mentradisikan away supporters (pendukung sepak bola yang mengiringi tim pujannya bertandang ke kota lain) seperti di Eropa.[rujukan?] Dalam perkembangannya, ternyata away supporters juga diiringi aksi perkelahian dengan suporter tim lawan. Tidak ada yang tahu asal-usul, Bonek menjadi radikal dan anarkis. Jika mengacu tahun 1988, saat 25 ribu Bonek berangkat dari Surabaya ke Jakarta untuk menonton final Persebaya - Persija, tidak ada kerusuhan apapun.

Secara tradisional, Bonek memiliki lawan-lawan, sebagaimana layaknya suporter di luar negeri. Saat era perserikatan, lawan tradisional Bonek adalah suporter PSIS Semarang dan Bobotoh Bandung. Di era Liga Indonesia, lawan tradisional itu adalah Aremania Malang, The Jak suporter Persija, dan Macz Man fans PSM Makassar. Di era Ligina, Bonek justru bisa berdamai dengan Bobotoh Persib Bandung dan Suporter PSIS Semarang.

Beberapa peristiwa kekacauan yang disebabkan "Bonek mania" antara lain adalah kerusuhan pada pertandingan Copa Dji Sam Soe antara Persebaya Surabaya melawan Arema Malang pada 4 September 2006 di Stadion 10 November, Tambaksari, Surabaya. Selain menghancurkan kaca-kaca di dalam stadion, para pendukung Persebaya ini juga membakar sejumlah mobil yang berada di luar stadion antara lain mobil stasiun televisi milik ANTV, mobil milik Telkom, sebuah mobil milik TNI Angkatan Laut, sebuah ambulans dan sebuah mobil umum. Sementara puluhan mobil lainnya rusak berat. Atas kejadian ini Komisi Disiplin PSSI menjatuhkan hukuman (sebelum banding) dilarang bertanding di Jawa Timur selama setahun kepada Persebaya, kemudian larangan memasuki stadion manapun di seluruh Indonesia kepada para bonek selama tiga tahun.

Sekitar Agustus 2006, bonek dijatuhi sanksi lima kali tidak boleh mendampingi timnya saat pertandingan away menyusul ulah mereka yang memasuki lapangan pertandingan sewaktu Persebaya menghadapi Persis Solo di final divisi satu. Ironisnya, tahun 2005, Persebaya justru rela dihukum terdegradasi ke divisi satu gara-gara mundur di babak 8 besar. Pihak klub beralasan untuk melindungi bonek agar tidak disakiti.

Namun tidak selalu Bonek bertindak anarkis ketika kesebelasan Persebaya kalah. Tahun 1995, saat Ligina II, Persebaya dikalahkan Putra Samarinda 0 - 3 di Gelora 10 November. Tapi tidak ada amuk Bonek sama sekali. Para Bonek hanya mengeluarkan yel-yel umpatan yang menginginkan pelatih Persebaya mundur.

Saat masih di Divisi I, Persebaya pernah ditekuk PSIM 1 - 2 di kandang sendiri. Saat itu juga tidak ada aksi kerusuhan. Padahal, jika menengok fakta sejarah, hubungan suporter Persebaya dengan PSIM sempat buruk, menyusul meninggalnya salah satu suporter Persebaya dalam kerusuhan di kala perserikatan dulu.